Jumat, 14 Oktober 2011

SIKLUS HORMON

a)  Feed back mekanisme (spermatogenesis)
Pengaturan umpan balik Sekresi Testoteron
Suatu sistem yang mengatur  umpan balik pada beroperasi terus menerus sebagai alat untuk mengatur dengan sangat tepat pada sekresi tostesteron.
·        Sebaliknya tostesteron memberikan umpan balik negatif ke hipotalamus, yang menghambat produksi “luteneizing hormone releasing hormone”. Jelas ini membatasi kecepatan pembentukan tostesteron. Di pihak lain, bila produksi tostesteron terlalu rendah, tak adanya inhibisi hipotalamus menyebabkan kembalinya sekresi testosterone ke kadar yang normal.
·       Sebaliknya hormone luteinisasi merangsang hyperplasia sel-sel leydig testis dan juga merangsang produksi tostesteronoleh sel-sel ini.
·       Hipotalamus menyekresi “luteneizing hormone releasing hormon”, yang merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresikan hormone luteinisasi.

Pengaturan umpan balik spermatogenesis-peranan
Telah diketahui bahwa spermatogenesis oleh testis menghambat sekresi FSH. Di anggap bahwa sel-sel sertoli mensekresikan hormone yang terutama berefek langsung atas kelenjar hipofisis anterior (tetapi mungkin juga sedikit atas hipotalamus)yang menghambat sekresi FSH. Siklus umpan balik untuk pengaturan permatogenesis terlihat sebagai berikut :
a)    Sel-sel sertoli (yang kurang mungkin sel-sel epitel germanitivum) melepaskan inhibin, yang sebaliknya memberikan umpan balik negative ke kelenjar hipofisis anterior untuk menghambat pembentukan FSH. Jadi sikl Hormon perangsang folikel menginduksi poliferasi epithelium germinatuvum tubulus seminiferus dan pada waktu yang sama merangsang sel-sel sertoli, yang memberikan nutrisi untuk perkembangan spermatozoa.
b)   Umpan balik ini mempertahankan kecepatan spermatogenesis yang diperlukan untuk fungsi reproduksi laki-laki tidak lebih dan tidak kurang.

TUGAS PROFESI GURU


Kompetensi Guru                  :
1.      Kompetensi Pedagogik antara lain.
a)      Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual,
b)      Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
c)      Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, dll

2.      Kompetensi kepribadian, antara lain,
a)      Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional indonesia,
b)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
c)      Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, dll

3.      Kompetensi sosial, antara lain,
a)      Bersikap insklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakangkeluarga, dan status sosial ekonomi,
b)      Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat, dll

4.      Kompetensi Profesional, antara lain,
a)      Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu,
b)      Menguasai standar kompetensi dasar mata pelajaran / bidang pengembangan yang diampu,
c)      Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif


Farmakologi dan Penggunaan Terapi Obat-obat Sitoproteksi


PENDAHULUAN
Aliran  darah  mukosa,  memegang  peranan  vital  dalam proteksi mukosa karena fungsinya membawa oksigen, zat-zat makanan dan bikarbonat ke epitel permukaan dan menyingkirkan ion hidrogen yang menembus sawar mukus bikarbonat dan sawar mukosa. Aliran darah mukosa yang kurang telah terbukti  merupakan faktor yang penting dalam menyebabkan kerusakan mukosa. Dalam hal ini, kurangnya oksigen dan zat-zat makanan yang dibawa ke epitel permukaan menyebabkan terganggunya berbagai mekanisme sitoproteksi (produksi mukus dan bikar-
bonat, sawar mukosa yang utuh, regenerasi mukosa yang cepat). Di samping itu, kurangnya ion bikarbonat hidrogen yang dibawa dan ion hidrogen yang disingkirkan dari epitel permukaan
memudahkan terjadinyakerusakan mukosa. Mukosa duodenum lebih peka terhadap kurangnya aliran darah dibanding mukosa lambung. Sebaliknya, peningkatan aliran darah mukosa telah
terbukti dapat melindungi mukosa dari kerusakan zat-zat perusak seperti garam empedu dan aspirin.
Ketidakseimbangan antara faktor-faktor agresif (asam dan pepsin)  dan  faktor-faktor  defensif (resistensi  mukosa)  pada mukosa lambung-duodenum menyebabkan terjadinya gastritis, duodenitis, ulkus lambung dan ulkus duodenum. Asam lambung yang bersifat korosif dan pepsin yang bersifat proteolitik merupakan dua faktor terpenting dalam menimbulkan kerusakan mukosa  lambung-duodenum.  Faktor-faktor  agresif  lainnya adalah garam empedu, obat-obat ulserogenik (aspirin dan anti-inflamasi nonsteroid lainnya, kortikosteroid dosis tinggi), merokok, etanol, bakteria, leukotrien B4 dan lain-lain. Faktor-faktor yang merupakan mekanisme proteksi mukosa lambung-duodenum  adalah  sawar  mukus bikarbonat,  sawar mukosa,  aliran  darah  mukosa  dan  regenerasi  mukosa.  Mekanisme  proteksi  mukosa  lambung-duodenum  terhadap  kerusakan oleh faktor-faktor agresif ini disebut dengan istilah sitoproteksi.  Meskipun  mekanisme  sitoproteksi  ini  belum diketahui secara pasti, ada bukti bahwa prostaglandin endogen memegang peranan penting.

Post Partum Kala I dengan Nyeri Luka Jahitan Perineum


Nifas merupakan masa yang dimulai  setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2001).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan kritis baik bagi ibu maupun mayinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama. (Winkjosastro H., 1999).
Indonesia di lingkungan ASEAN merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu, angka kematian ibu sekitar 19.500 – 20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5%; infeksi 22,5%; gestosis 77,5%; dan anastesia 2%. (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan laporan tahunan di RSI Siti Hajar Sidoarjo tahun 2004, jumlah ibu melahirkan normal sebanyak 373 orang, yang melahirkan secara sectio caesarea 289 orang, sedangkan yang melahirkan anak pertama sebanyak 205 orang (54,96%). Dari data tersebut terlihat cukup banyak ibu primipara yang termasuk prioritas penanganan dalam masa nifas.
Mengingat begitu tingginya angka kematian ibu pada masa nifas, dan angka wanita yang melalui masa nifas, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. “M” Post Partum Hari Ke-1 Fisiologis dengan Nyeri Luka Episiotomi di Ruang VK Bersalin RSI Siti Hajar Sidoarjo.

Selengkapnya disini :  

Post Partum dgn Nyeri Luka Episiotomi


Masa nifas merupakan masa yang dimulai sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Pada masa nifas terjadi perubahan baik fisik atau psikologis. Perubahan fisik salah satunya pada vagina dan pintu keluar vagina karena pada daerah ini secara perlahan akan mengecil. Akan tetapi hal ini bisa menjadi patologis apabila pada saat post partum ibu mengeluh nyeri pada jalan lahir akibat episiotomi. Pada luka episiotomi yang tidak dirawat dan tidak dijaga kebersihannya akan rentan terkena infeksi. (Sarwono, 2001: 6).
Pada waktu persalinan otot-otot perineum berperan aktif dalam pengeluaran janin. Namun salah satu indikasi dilakukan episiotomi karena otot perineum yang kaku.
Episiotomi secara rutin tidak dianjurkan :
1.    Persalinan dan kelahiran merupakan proses normal dan tidak memerlukan intervensi kecuali atas indikasi.
2.   Belum ada bukti ilmiah yang adanya manfaat episiotomi bagi suatu kelahiran yang tidak mengalami komplikasi.
3.      Meningkatkan jumlah perdarahan.
4.      Menambah dalamnya luka laserasi.
5.      Resiko kerusakan sprinter ani.
6.      Resiko sakit hari pertama post partum.
Jenis episiotomi :
1.      Medial
2.      Lateralis
3.      Medialateralis
Keuntungan dan kerugian episiotomi medial dan medialateralis :
Medial :
1.      Mudah dijahit
2.      Mudah sembuh
3.      Resiko ruptur perineum totalis
Medialateralis :
1.      Lebih sulit dijahit
2.      Penyembuhan kurang sempurna
3.      Tidak beresiko terjadi ruptur perineum totalis

Selengkapnya di sini :

Nifas Hari ke-2


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu masih buruk, sebaliknya bila AKI rendah berarti pelayanan kesehatan ibu sudah baik. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin sekitar 25 – 30% kemudian wanita subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996 : WHO memperkirakan lebih dari 580.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin di kawasan ASEAN. Indonesia mempunyai AKI yang paling tinggi yaitu 334/100.000 kelahiran hidup (survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 1997) sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah 125/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI 2001:1).
Adapun penyebab kematian ibu berkaitan langsung dengan kehamilan, persalinan, dan nifas di Indonesia seperti halnya negara lain adalah disebabkan “Trias Klasik” yaitu Perdarahan (30 – 35%), Infeksi (20 – 25%), dan Eklamsi (15 – 17%) hanya kematian ibu yang disebabkan penyakit yang memperburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis (Manuaba, 1998:19).

Inpartu Kala I Fase Aktif dgn PEB


Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar sehingga berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda dan masa produktifitasnya. (Prawirohardjo, 2001).
Bidan sebagai tenaga terlatih berperan penting dalam mata rantai “Sistem Kesehatan Nasional” sehingga masyarakat mendapat pelayanan dan pengayoman medis lebih mengeluh dan lebih bermutu dan angka kematian perinatal 560/100.000 persalinan hidup. Perkiraan persalinan sebanyak 5.000.000 orang/tahun, maka jumlah kematian ibu sebanyak 20.000 dan 22.000 orang dan angka kematian perinatal 28.000 sampai 30.000 orang setiap bulan. Kematian ibu dan perinatal ini tertinggi di ASEAN.
Kematian ibu dan perinatal merupakan tolok ukur kemampuan memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Pemerintah telah mengupayakan peningkatan pelayanan kesehatan dengan ujung tombak pada Puskesmas pembantu, bidan di desa dengan Polindesnya. Posyandu, dukun terlatih, dan RS rujukan tipe C yang dilengkapi dengan empat spesialis.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus pada Ny. “M” G1P00000 UK 38 minggu dengan PEB di Puskesmas Mojoagung Jombang. 

Selengkapnya di sini :

Inpartu Kala I Fase Laten


BAB I
PENDAHULUAN

 1.1.  LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa di mana ibu dan bayinya menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk kelahiran bayinya, peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, di samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. (Sarwono, 2002 : 100).
Selama persalinan berlangsung perlu pemantauan kondisi kesehatan ibu maupun bayinya. Hasil pemantauan dicatat dalam dini dalam partograf digunakan untuk mencatat semua informasi tentang kemajuan persalinan dan kondisi ibu serta janin. (Saifuddin, 2002 : 107).
WHO memperkirakan dari seluruh dunia setiap bulannya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil dan bersalin. Sat ini angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi yaitu menunjukkan bahwa AKI di Indonesia 307 per 100.000 kelahiran hidup. (www.d.net/kes/beritasehat PNP/ij:3737).
Dari data yang didapat di RSI Siti Hajar Sidoarjo di Ruang VK jumlah pasien yang melahirkan dari bulan Januari sampai Juli berjumlah 987 orang dan yang melahirkan dari bulan Januari sampai Juli berjumlah 567 orang karena inpartu dapat menimbulkan kematian, maka penulis tertarik mengambil kasus ini dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ny. “M” G2P10001 UK 39 Minggu Inpartu Kala I Fase Laten. 

Selengkapnya  silahkan ambil disini :

Post Partum dgn Nyeri Luka Episiotomi Perineum


BAB I
PENDAHULUAN


1.1   LATAR BELAKANG
Nifas merupakan masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (Prawirohardjo, 2001).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan kritis baik bagi ibu maupun matinya, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi 24 jam pertama. (Winkjosastro H., 1999).
Indonesia di lingkungan ASEAN merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi, yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih bermutu, angka kematian ibu sekitar 19.500 – 20.000 setiap tahunnya atau terjadi setiap 26-27 menit. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan 30,5%; infeksi 22,5%; gestosis 77,5%; dan anastesia 2%. (Depkes RI, 2002).
Berdasarkan laporan tahunan di RSI Siti Hajar Sidoarjo tahun 2004, jumlah ibu melahirkan normal sebanyak 373 orang, yang melahirkan secara sectio caesarea 289 orang, sedangkan yang melahirkan anak pertama sebanyak 205 orang (54,96%). Dari data tersebut terlihat cukup banyak ibu primipara yang termasuk prioritas penanganan dalam masa nifas.
Mengingat begitu tingginya angka kematian ibu pada masa nifas, dan angka wanita yang melalui masa nifas, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan Kebidanan pada Ny. “M” Post Partum Hari Ke-1 Fisiologis dengan Nyeri Luka Episiotomi di Ruang VK Bersalin RSI Siti Hajar Sidoarjo.

lengkapnya silahkan ambil disini :

M E N O P A U S E


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Manopouse ialah haid terakhir, atau saat terjadinya haid terakhir. Diagnosis menopouse di buat setelah terdapat menopouse sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus haid yang lebih panjang, dengan perdarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya menopouse dipengaruhi oleh keturunan kesehatan umum dan pola kehidupan. Ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopouse pada umur yang lebih tua. Misalnya pada tahun 1915 menopouse dikatakan terjadi sekitar umur 44 tahun sedangkan pada tahun 1950 pada umur yang mendekati 50 tahun. Penelitian Agoestina dalam tahun 1982 di Bandung menunjukkan bahwa pada umur 48 tahun, 50% dari wanita Indonesia telah mengalami menopouse.
Pada umumnya orang lebih senang menggunakan istilah “Menopouse”, meskipun istilah tersebut kurang tepat, karena menopouse hanya merupakan kejadian sesaat saja, yaitu perdarahan haid yang terakhir. Yang paling tepat adalah klimakterik yaitu fase peralihan antara pramenopouse dan pasca menopouse. Disebut pasca menopouse bila telah mengalami menopouse 12 bulan sampai menuju ke senium. Senium adalah pasca menopouse lanjut, yaitu setelah usia 65 tahun.
Menopouse artifisial karena operasi atau radiasi umumnya menimbulkan keluhan yang baik banyak dibandingkan dengan menopouse alamiah.

1.2.      Tujuan penulisan
1.2.1.      Tujuan Umum
Diharapkan penulis mendapatkan pengetahuan dan mampu mengembangkan pola pikir secara ilmiah dan melaksanakan pelayanan pada pasien menopouse.
1.2.2.      Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1)      Mengetahui definisi menopouse
2)      Mengetahui penyebab menopouse
3)      Mengetahui faktor-faktor perubahan, kebutuhan wanita menopouse
4)      Menjelaskan penatalaksanaan perubahan-perubahan pada wanita menopouse

Selengkapnya disini : 

Menopouse dan Kesehatan Reproduksi


Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan manusia meningkat pula harapan hidup manusia hal ini berarti semakin meningkat jumlah manusiusia tua dalam hal ini wanita yang memasuki menopouse.
Secara individu,pada usia diatas 60 tahun terjadi proses penuaan secara ilmiah. hal ini menimbulakn masalah fisik, mental sosial dan ekonomi serta psikologis dengan bergesrnya pola perekonomian dari pertanian ke industri maka bergeser pula pola penyakit dari penyakit menular menjadi tidak menular atau akibat penuaan (degeneratif) penyebab kematian akibat jantung, pembuluh darah dan tuberkolusis pada saat ini menduduki tingkat pertama pada kelompok lanjut usia selanjutnya kanker dan stroke.oleh karena itu peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan lanjut usia perlu dikembangkan secara optimal.
Berdasarkan jumlah penduduk dengan derajat kesehatan masyarakat indonesia tahun 2000,sekitar 25% dari penduduk wanita indonesia indonesia akan memasuki usia menopouse pada usia 45-50 tahun di indonesia hampir 32% dari penduduk indonesia telah mengalami menopouse pada saat menopouse banyak sekali gangguan yang ditakuti  salah satunya adalah osteoporosis, hipertensi(Dini Kasdu 2002).Keluhan yang terjadi antara lain pada masing – masing individu berbeda – beda paling banyak adalah masalah penyakit degeneratif.tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa gangguan – gangguan fisiologis lain yang berhubungan dengan kesehatan repreoduksi dapat selalu terjadi walaupun tiap orang berbeda
Pada penduduk Indonesia yang telah mengalami menopouse hampir 45% mengalami gangguan pada daerah urogenital terutama gangguan pada saluran reproduksi yang berupa infeksi dan atropi pada vagina ketidak seimbangan hormon juga menyebabkan terjadinya perdarahan.
Sangat penting bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kebidanan untuk mempelajari hal ini mengingat menopouse adalah merupakan Sasaran dalam memberikan pelayanan kebidanan dan juga dapat digunakan sebagai gambaran untuk menghadapi permasalahan secara langsung dalam lingkup masyarakat.
Oleh karena dasar itulah penulis tertarik untuk membuat makalah kesehatan Reproduksi dengan judul Gangguan Perdarahan pada wanita menopause.

Selengkapnya disini :

Inpartu Kala I Fase Aktif


Pembagian tahap persalinan salah satunya adalah kala I. Yang dimaksud kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm. Pada multigravida berlangsung 8 jam, pada primigravida berlangsung 12 jam. (Manuaba, 1998: 165)
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial dimana ibu dan keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk kelahiran bayinya, peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. (Sarwono, 2002: 100)
Selama persalinan berlangsung perlu pemantauan kondisi kesehatan ibu maupun bayinya. Hasil pemantauan dicatat dalam partograf. Partograf digunakan untuk mencatat semua informasi tentang kemajuan persalinan dan kondisi ibu serta janin. (Saifudin, 2002: 107-108)
Mengingat memantau persalinan khususnya pada kala I sangat diperlukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus asuhan kebidanan pada Ny. “E” G1VP30003 UK 41 minggu Inpartu Kala I Fase Aktif di Ruang Bersalin RSUD dr. M. Soewandhie Tambak Rejo Surabaya. 

Selengkapnya ambil di sini :

Umur Kehamilan 39Mgg Inpartu Kala I dgn Ketuban Pecah Dini

BAB I 
PENDAHULUAN

 1.1.  LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan ibu di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian utama, karena mempunyai dampak besar terhadap kualitas generasi mendatang. Salah satu masalah kesehatan ibu yang utama adalah masih tingginya AKI. Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000 jiwa per tahun (Manuaba, 1998: 9). Tolok ukur status kesehatan merupakan indikator kesejahteraan masyarakat yang menjadi ukuran pelayanan kesehatan di suatu negara. Tolok ukur merupakan sasaran prioritas dalam  pembangunan kesehatan pada saat ini.
AKI dan AKB di Indonesia sangat tinggi, sedangkan telah kita ketahui bersama bahwa AKI dan AKB merupakan tolok ukur status kesehatan di Indonesia. Hasil SDKI (2003) menunjukkan AKI di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan hasil SDKI (1997) yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Indonesia adalah 3-5 kali lebih besar dibanding negara-negara di ASEAN lainnya, (Depkes RI, 1998: hal 3). Target yang harus dicapai pada 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2001: hal 1). Sedangkan AKB di Indonesia menurut SDKI  1997 adalah 52 per 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya AKB di Indonesia 2-5 kali lebih tinggi.

Umur Kehamilan 40 MGG Inpartu Kala I Fase Aktif


BAB I 
PENDAHULUAN

 1.1.  LATAR BELAKANG
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Unpad, Obstetri Fisiologi).
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, disebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak secara kebetulan atau oleh penyebab tambahan lainnya. Berdasarkan kesepakatan internasional, tingkat kematian maternal (Maternal Mortality Rate) didefinisikan sebagai jumlah kematian maternal selama 1 tahun dalam 100.000 kelahiran hidup.(Prawirohardjo: 22).
Kala I merupakan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0 – 10 cm (lengkap). Lamanya Kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida 8 jam. (Manuaba, 1998).
Pada kala I fase aktif persalinan, perlu dilihat frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat, seviks membuka dari 4 – 10 cm, terjadi penurunan bagian terendah janin. (Dep-Kes RI, 2004).
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa inpartu kala I fase aktif perlu diobservasi sesering mungkin untuk mendeteksi adanya komplikasi dalam persalinan. 

Selengkapnya ambil disini :

Thosiba Tecra 9100

Dapatkan Software Gratis untuk Laptop Thosiba Tecra 9100 :

http://www.ziddu.com/download/16799120/mmcol-20070913131113.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16799119/hkeydd_t9k1_xp_100010002_en.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16799118/DriverDetective.exe.html


http://www.ziddu.com/download/16799117/mdm_t9k1_xp_sm31100all02_gb.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16799116/dndp-20071005140434.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16798614/ctrls-t9k1-na-en.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16798613/cmod-en-20070925121500.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16798612/display-t9k1-win2k-129089.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16798611/display_t9k1_xp_129056.zip.html

http://www.ziddu.com/download/16798610/csutil_t9k1_xp_3201008.zip.html

Semoga bermanfaat !!!

Senin, 10 Oktober 2011

Umur Kehamilan 28 minggu dengan Gangguan FISIOLOGIS


BAB I
PENDAHULUAN


1.1   LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Perinatal (AKP) memberi dampak secara langsung terhadap derajat kesehatan janin / bayi pada minggu pertama kehidupannya (Depkes RI, 2002).
Di negara-negara maju, angka kematian maternal berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di sedang negara-negara berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup (Prawirohardjo: 2005).
Untuk mencegah peningkatan AKI dan AKP maka setiap ibu hamil diharapkan untuk memeriksakan / Antenatal Care (ANC) yang mempunyai tujuan utama yaitu memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang mengancam jiwa, menyiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. 

lengkapnya di sini :